Foto: Dr. Sugiarti, M.Si saat Launching Bunga Rampai |
Malang-Dalam rangka merayakan Bulan Bahasa tahun 2020, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMM luncurkan bunga rampai “Kesatuan dalam Keberagaman: Paradigma Mutakhir Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya”, Selasa (28/20/2020). Buku ini berisi sepuluh 10 pemikiran dosen dalam merespon isu terkini yang sedang berkembang.
“Tema yang ditulis beragam, mulai dari permasalahan pembelajaran dalam situasi pandemi, strategi kebijakan internasionalisasi bahasa Indonesia, hingga perkembangan paradigma mutakhir dalam kajian bahasa dan sastra. Semua itu adalah wujud kontribusi yang ingin kami berikan terhadap pembangunan nasional, terutama dalam hal pembangunan ‘manusia’ Indonesia,” tutur Dr. Sugiarti, M.Si., Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Wakil Rektor I UMM memberikan apresiasi yang tinggi atas peluncuran bunga rampai ini. Begitu juga Dekan FKIP. Menurut Dekan FKIP, bunga rampai ini adalah bukti komitmen akademik Prodi Bahasa Indonesia dalam memberikan sumbangan pemikiran terhadap kondisi terkini.
“Kehadiran bunga rampai ini menunjukkan komitemen akademik tim dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dalam memberikan sumbangan pemikiran terhadap peran bahasa, sastra, dan pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada. Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas dedikasi dan komitmen yang diberikan demi terselesaikannya buku ini,” terang Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes.
Seremonial peluncuran bunga rampai dilangsungkan dalam acara seminar tahunan Prodi, yakni Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 4 (SENASBASA 4). Acara diikuti oleh 48 pemakalah dan 174 peserta. Mengangkat tema “Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya di Masa Pandemi”, seminar ini menghadirkan tiga pemateri utama yakni Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra (Universitas Udayana), Prof. Dr. Suwardi endraswara, M.Hum (Universitas Negeri Yogyakarta), dan Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si (Universitas Muhammadiyah Malang). Ketiga pemateri utama tersebut membedah tema utama dengan perspektif yang beragam.
Pemateri pertama, Prof. Darma Putra, membahas wacana pandemi di media masa dalam perspektif analisis wacana kritis. Teks memiliki dimensi yang sangat kompleks. Menurutnya, makna tidak bersifat tunggal karena terdapat dimensi kesadaran dan ketaksadaran dalam teks. Karenanya sering ditemukan penafsiran-penafsiran yang beragam. Bahkan, seringkali kuasa dapat menentukan makna sebuah teks. Di sisi lain, pemateri Kedua, Prof. Endraswara, menyoroti kajian posthumanisme sastra di masa pandemi. Dalam paparannya, ia menggarisbawahi pentingnya perspektif posthumanisme untuk membedah karya sastra untuk menghasilkan ketepatan interpretasi.
Berbeda dengan dua pembicara sebelumnya, Prof. Syamsul membahas kemanusiaan, keberagaman, dan pendidikan di masa pandemi dalam kerangka esai-esai populer yang telah ditulisnya.
“Pendidikan adalah proses humanisasi. Pada situasi ini kita sudah mulai berdamai dengan situasi yang terjadi, tetapi kita kehilangan sentuhan manusia. Interaksi hilang. Meskipun ekosistem bagus, tetapi ada bagian-bagian fundamental dalam kehiduan manusia yang tidak bisa dilayani teknologi secanggih apa pun. Di sini, mutlak tatap muka fisik tetap diperlukan,” terang Prof. Syamsul yang juga menjabat sebagai wakil Rektor I UMM ini. (*/FP)