Bahas Pengembangan BIPA Thailand Selatan, Konjen RI Songhkla Terima Kunjungan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMM

Rabu, 05 Juni 2024 19:39 WIB   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Arif Budi Wurianto (kiri) menyerahkan Cendera Mata kepada Konsul RI, Suargana Pringganu (kanan)

FKIP News—Upaya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk berkontribusi dalam visi internasionalisasi bahasa Indonesia terus dilakukan. Salah satunya dengan membuka dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak di luar negeri dalam pelaksanaan Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Karena itu, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) FKIP UMM sekaligus Kepala UPT BIPA UMM Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si. beserta jajaran yakni Fida Pangesti, S.Pd., M.A. dan Sri Ayu Ramadhani, M.Psi melakukan kunjungan ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Songkhla, Thailand.

Dalam kunjungan pada Jumat (31/05/2024) ini, rombongan UMM diterima secara langsung oleh Konsul RI, Suargana Pringganu, beserta dua staf Fungsi Sosial dan Budaya, Marsya Fadhia Akmal dan Gregorius Bangkit, yang memiliki latar ke-BIPA-an. Dalam pertemuan itu, tim UMM memaparkan sepak terjang BIPA UMM serta sejumlah program internasional unggulan. Pada berbagai program yang telah berjalan, mahasiswa BIPA banyak yang berasal dari Thailand, khususnya Thailand Selatan. Program itu di antaranya adalah Darmasiswa, Kemitraan Negara Berkembang (KNB), Asia-Africa Student Scholarship (AASS), dan Beasiswa PP Muhammadiyah.

“Universitas Muhammadiyah Malang sudah sejak lama menjalankan program BIPA dan sejauh ini salah satu negara penyumbang terbanyak mahasiswa BIPA kami adalah Thailand, khususnya Thailand Selatan,” ungkap Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si.

Hal itu, menurut Arif, merupakan modal yang kuat untuk menjalin kerja sama lebih jauh dengana berbagai instansi yang ada di Thailand Selatan. Oleh karena itu, kunjungan tim Prodi PBI FKIP UMM kali ini juga dalam rangka mengunjungi alumni yang saat ini bekerja sebagi penegajar BIPA di Hatyai Wittayalai Somboonkulkanya School.

“Salah satu alumni kami menjadi pengajar BIPA di Hatyai Wittayalai Somboonkulkanya School. Dan kami secara proaktif kami berkunjung dan menjajaki kerja sama. Ini merupakan langkah penting untuk mewujudkan visi internasionalisasi bahasa Indonesia,” tegasnya.

Ke depan, tambah Fida Pangesti, kerja sama ini diharapkan dapat menjadi medium bagi pengembangan kompetensi mahasiswa PBI FKIP UMM yang tergabung dalam Program Center of Exellence (CoE) Diplomasi Bahasa. CoE Diplomasi Bahasa dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan instruktur BIPA yang semakin meningkat. Melalui desain mata kuliah yang tidak hanya secara teoritis membekali pengetahuan pengajaran BIPA tetapi juga secara praktis membekali pengalaman mengajar BIPA di dalam maupun luar negeri, diharapkan akan lahir pengajar-pengajar BIPA profesional yang mempercepat pencapaian visi peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. “Salah satu realisasi kerja sama yang kami jajaki utamanya adalah kegiatan magang mahasiswa CoE Diplomasi Bahasa di Hatyai Wittayalai Somboonkulkanya School,” ungkap Fida.

Selanjutnya, ia juga menjelaskan berbagai program internasional UMM yang dapat untuk diakses mahasiswa Thailand. Salah satunya adalah beasiswa UMM Summit. “Beasiswa kampus UMM ini memiliki dua skema yaitu fully funded scholarship dan partial scholarship. Calon mahasiswa dapat mendaaftar untuk program S1, S2, maupun S3,” katanya.

Konsulat Jenderal RI, Suargana Pringganu, mengaku senang mendengar paparan tim UMM. Pasalnya, tidak semua program BIPA yang dijalankan di Thailand Selatan terekam di KJRI. “Ini justru menjadi informasi baru untuk kami. Sejujurnya, kami kesulitan mendata titik-titik BIPA di Thailand Selatan ini,” katanya.

Menurutnya, minat orang Thailand belajar bahasa Indonesia ke Indonesia memang luar biasa. Lulusan luar negeri orang Thailand kebanyakan belajar ke Indonesia dan Mesir. Pembelajaran BIPA di Thailand Selatan juga berkembang pesat meski saat ini mengalami penurunan akibat dihentikannya program pengiriman guru BIPA ke luar negeri. “Minatnya tinggi, namun terkendala biaya. Sehingga, ketika pemerintah Indonesia tidak lagi mengirim guru BIPA, banyak titik-titik BIPA yang tidak lagi berjalan,” ungkapnya.

Karena itu, ia mengaku sangat senang bahwa Prodi PBI FKIP UMM memiliki program CoE Diplomasi Bahasa dan akan mengirimkan mahasiswa magang BIPA di Thailand Selatan. Hal itu akan membuka titik BIPA baru. Ia juga berharap Dosen PBI dapat memberikan pelatihan pengajaran BIPA kepada orang Indonesia yang ada di Thailand. Karena, selama ini banyak ditemui pengajar BIPA di Thailand Selatan yang tidak berasal dari bidang bahasa Indonesia dan belum memiliki latar pengetahuan ke-BIPA-an yang mumpuni.

“Prinsipnya kami menyambut baik gagasan dan rencana UMM dalam menjalin kerja sama dengan Thailand Selatan. Kami akan mempromosikan program-program UMM dan membantu hal-hal yang dibutuhkan untuk merealisasikan hal itu,” tutupnya. (*fd)

Shared: