coba berita 1

Selasa, 29 Agustus 2023 03:45 WIB   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si. (Foto : Fathur Humas)

Langkah internasionalisasi terus digencarkan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Terbaru, Fakultas Peternakan dan Pertanian UMM teken kerjasama bersama empat universitas dari Thailand, yakni lain Prince of Songkla University, Silpakorn University, Chulalongkorn University, dan Universitas Kasetsart. Penandatanganan kerjasama tersebut dilakukan langsung di tiap universitas pada akhir Agustus ini.  

Fenomena itu menarik perhatian dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si. Ia mengatkan bahwa pada dasarnya bahasa memiliki sifat dinamis, berkembang dan berubah mengikuti perkembangan zaman. Di Indonesia saat ini, bahasa daerah memang tidak banyak diajarkan oleh para orang tua. Rata-rata memilih menggunakan Bahasa  Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam berinteraksi.

“Anak muda sekarang justru mengetahui bahasa daerah dari pergaulan mereka. Seperti contohnya anak-anak Kalimantan yang merantau ke Pulau Jawa.  Ketika mereka kembali ke Kalimantan, mereka akhirnya memahami bahasa Jawa dari pergaulan yang didapatkan dari Jawa,” tambahnya. 

Hal ini sangat disayangkan Arief, mengingat bahasa daerah memiliki potensi. Misalnya saja bahasa Bali yang memiliki identitas kuat sehingga masyarakat di sana terus menerus menggunakannya sehari-hari. Meksi begitu, bahasa Indonesia masih tetap dijaga dan digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. 

Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh agar bahasa tidak punah. Di antaranya dengan menggunakannya serta melestarikannya melalui komunitas lokal tertentu. Adapun pelestarian terdiri dari dua hal yakni melestarikan bahasa daerah dan bahasa bangsa Indonesia. 

“Kalau kita lihat sekarang, bahasa Jawa sudah digunakan sebagai bahasa kedua di tengah masyarakat. Misalnya saja dipakai sebagai nama jalan, nama toko, maupun tulisan tulisan lainnya. Bahkan ada yang diiringi dengan tulisan aksara jawa di bawahnya. Ini bagus agar masyarakat tidak asing dengan bahasa tersebut. Secara tidak langsung, minat masyarakat juga turut naik,” katanya. 

Langkah lainnya yakni dengan memasukan bahasa daerah menjadi kurikulum pembelajaran dan membangun kebijakan politik yang menyeluruh untuk lebih mengarah ke pelestarian bahasa daerah. Misalnya saja dengan menggunakan bahasa daerah di setiap bandara atau tempat tempat yang berpotensi didatangi banyak wisatawan asing dan lokal.

“Pola pengajaran orang tua tentang bahasa daerah juga harus di bangun sejak anak masih kecil. Anak-anak diajarkan bahasa daerah terlebih dahulu lalu diiringi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar,” tambahnya. 

Arief melanjutkan, secara konsitusi, pemerintahdapat mengeluarkan kebijakan yang melindungi bahasa daerah agar tidak punah, karena secara hakikat bahasa daerah merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Perlu juga ada pergerakan politik yang membangun eksistensi secara keseluruhan pada bahasa daerah. 

“Yang tak kalah penting, masing-masing sekolah di daerah juga perlu membuat kebijakan dimana  dalam kurikulum pembelajarannya terdapat bahasa daerah. Dengan demikian secara tidak langsung anak-anak mendapatkan asupan bahasa daerah mereka masing-masing mulai dari kecil. Hal ini dapat membantu meningkatkan eksistensi bahasa daerah,” pungkasnya. (Fat/Wil)

Shared: