MALANG-Menjalani hal sesuai dengan passion selalu membuahkan hasil yang cemerlang. Itulah yang dialami Daffa Indra Arya Wardhana. Kecintaan terhadap bahasa asing menjadi semangat pantang menyerah dalam menempuh studi Pendidikan Bahasa Inggris hingga mengantarkannya meraih predikat lulusan terbaik jenjang sarjana pada wisuda periode IV Tahun 2021 Universitas Muhammadiyah Malang, (Selasa, 25/01/2021). Menariknya, ia tak hanya menguasai bahasa Inggris, tetapi juga lima bahasa asing lainnya, yakni bahasa Jepang, Bahasa Korea, bahasa Mandarin, bahasa Perancis, dan bahasa Jerman.
“Untuk bahasa Perancis dan bahasa Jerman, saat ini sedang proses belajar,” tutur mahasiswa asal Blitar itu.
Tak hanya bahasa asing, Daffa juga mempelajari bahasa daerah. Ia fasih menggunakan bahasa Jawa, bahasa Banjar, dan bahasa Sunda. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Daffa, sapaan akrabnya, memang sudah tertarik belajar bahasa. Pasalnya, ia sangat gemar ngobrol, khususnya mendengarkan cerita orang.
“Saya memang senang mendengar orang bercerita. Saya suka menyimak aksen orang yang berbeda-beda, di samping cerita-cerita yang mereka sampaikan. Dari cerita-cerita itu, saya bisa lebih memahami orang lain dan juga memaknai hidup,” ujar putra pertama pasangan almarhum Yayan Indrayana dan Marthina Yusiana itu.
Karena itu, hobinya saat masih kuliah adalah naik transportasi umum. “Zaman awal kuliah, saya suka naik bis untuk pulang ke rumah. Di sana yang jadi kenal berbagai macam orang, dari yang dosen, pegawai, dan juga orang yang punya bisnis besar. Itu sangat menginspirasi saya,” tuturnya.
Ketertarikannya pada aksen juga mendorong Daffa untuk meneliti tentang sikap dan persepsi guru terhadap aksen Australia dan Inggris yang membuatnya berhasil mengantongi IPK 3,99.
Tentang teknik dalam menguasai bahasa, ia mengatakan kuncinya adalah membiasakan diri dengan bahasa sasaran. “Dalam belajar bahasa, saya hanya membiasakan diri. Saya menonton film dan tv-series. Saya juga suka menyanyi dalam berbagai bahasa itu. Dengan begitu, saya menjadi terbiasa dan bisa berkomunikasi menggunakan bahasa itu. Itu kuncinya,” pungkasnya.
Faktanya, belajar bahasa asing bukannya tanpa tantangan. Tantangan terbesarnya, bagi Daffa, adalah penulisan bahasa yang tidak menggunakan sistem alphabet seperti bahasa Jepang, bahasa Korea, dan bahasa Mandarin. Namun, hal itu tak mematahkan semangatnya. Pasalnya, ia tahu bahwa penguasaan bahasa asing bisa menjadi batu loncatan bagi tekadnya untuk studi S2 di luar negeri.
“Mempunyai penguasaan bahasa asing sebetulnya bisa membuat kita punya privilege untuk bisa mendapat beasiswa luar negeri. Itu juga yang memacu semangat saya untuk terus belajar,” pungkasnya.
Meski fokus pada bidang akademik, Daffa tidak menafikkan bahwa keikutsertaan dalam organisasi adalah hal yang sangat penting. Jadi, ia pun bergabung di Lembaga Semi Otonom (LSO) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas. Tahun 2020 silam, ia juga menjadi awardee Program Kampus Mengajar Perintis dan bertugas menjadi asisten pengajar di SDN Tegalgondo 02 Kabupaten Malang. (*fid)