Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Malang bekerjasama dengan Lafinus Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada menggelar webinar bertajuk "Pelatihan Inovasi Pembelajaran Pancasila Yang Menyenangkan Dan Bermakna", Kamis (6/08/2020), via zoom meeting. Acara yang berlangsung pada pukul 09.00 sampai dengan pukul 15.00 dan diikuti 100 peserta yang merupakan guru mata pelajaran PPKn tingkjat SMP dan SMA dibuka secara langsung oleh dekan FKIP UMM, Dr. Poncijari Wahyono, M.Kes.
Dimoderator oleh Moh. Wahyu Kurniawan, S.Pd., M.Pd, acara terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama merupakan sesi materi oleh Prof. Dr. Kaelan, M.S dan Dr. Trisakti Handayani, M.M.
Prof. Dr. Kaelan, M.S secara khusus mengkaji tentang substansi atau keilmuan Pancasila. Disebutkan dalam paparannya, Pancasila merupakan dasar negara atau philosofische grondslag yang bersumber dari nilai, adat istiadat, kebudayaan, dan agama. Selain sebagai dasar negara atau philosofische grondslag, Pancasila juga mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai pandangan hidup bangsa atau way of life. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hokum. Oleh karenanya, merupakan hal yang fatal jika Pancasila dimasukkan dalam undang-undang.
"Pancasila sebagai ideologi negara letaknya pada puncak tertinggi. Jadi tidak boleh jika dimasukkan dalam Undang-Undang," terang Kaelan.
Berbeda dengan Prof. Kaelan, Dr. Trisakti Handayani, M.M mengupas praktik pembelajaran Pancasila. Melalui makalah berjudul “Pembelajaran Pendidikan Pancasila Berorientasi Abad 21”, Trisakti membagikan strategi pengembangan pembelajaran Pancasila pada abad 21. Menurutnya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah merubah paradigma tentang pembelajaran Pancasila yang membosankan menjadi pembelajaran Pancasila yang menyengkan. Cara yang harus dilakukan adalah meningkatkan kompetensi guru mulai dari kompetensi pedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Selain itu, dalam pembelajaran guru juga harus menerapkan pendekatan TPACK, pembelajaran berbasis HOTS, dan menggunakan media-media pembelajaran yang berorientasi pada abad 21. "Guru saat ini juga harus menerapkan pendekatan TPACK, pembelajaran berbasis HOTS, dan menggunakan media-media pembelajaran yang berorientasi pada abad 21. Dengan begitu, guru Pendidikan Pancasila akan bisa memberikan pembelajran yang menyenangkan dan bermakna ke dalam kelas. Jadilah guru yang memesona, guru yang dirindukan!" ujar dosen senior Prodi Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UMM itu bersemangat.
Pada sesi kedua, Dr. Heri Santoso, M.Hum dan Surono, M.A mengisi webinar memberikan pelatihan pembelajaran Pancasila. Kedua pemateri memberikan tips dan trik bagaimana agar pembelajaran Pancasila tidak terkesan "garing". Para peserta pun mengikuti kegiatan hingga akhir dengan antusias. (*fid/ros/rif)