Pendidikan Muhammadiyah Harus Bersifat Reflektif, Transmitif, Progresif

Jum'at, 04 Juni 2010 14:46 WIB   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jakarta, Pelita

Mantan Menag dan Mendiknas Prof A Malik Fadjar, MSc mengatakan pendidikan Muhammadiyah yang dijiwai dan disemangati "ruh al-Islam dan Kemuham-madiyahan" seharusnya bersifat "reflektif, transmitif. dan progresif."Dan berbasis atau bertumpu , pada keseluruhan potensi dan lingkungan, baik fisik maupun non fisik yang menjadi komunitas basisnya, sehingga membumi dan tidak mengawang-awang." papar Malik Fadjar pada Seminar Nasional "Satu Abad Pendidikan Muhammadiyah Format dan Tantangan Pendidikan Muhammadiyah ke Depan" di kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (Uhamka) pekan lalu.
 

Menurut Malik Fadjar, gerak pendidikan adalah gerak menuju terwujudnya peradaban baru (peradaban utama) atau masyarakat madanl yang di dalamnya menggambarkan tingkat pencapaian tertentu dalam berbagai bidang keagamaan, moral, etika, kesenian, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintahan, dan wawasan pemikiran.
 

Pendidikan Muhammadiyah ke depan dengan paradigma pembaruan, lanjut Malik Fadjar, harus terus menerus mengembangkan "Kemampuan mengantisipasi; mengerti dan mengatasi mengakomodasi mere-orientasi terhadap tantangan,tuntutan, dan perubahan masa depan. Dia mengutip pesan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang menyatakan, "Didiklah dan per-siapkanlah generasi penerusmu untuk suatu zaman yang bukan zarrianmu, karena mereka akan hidup pada zuatu zaman yng bukan lagi zamanmu."
 

Sementara itu, Ketua Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah Prof Dr Chairil Anwar memaparkan perbandingan antara keberadaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dari masa orde baru dan pada masa reformasi ini. Menurut Chairil, di masa Orde baru PTM tidak mungkin bisa melampaui PTN. "Bahkan mengangkat guru besar sendiri tidak mungkin dilakukan," kisahnya.
 

"Sedangkan di era reformasi ini perguruan tinggi Muhammadiyah bisa membuka program magister, doktor dan juga .bisa mengangkat guru besar sendiri," tambahnya. "Ke depan, beberapa PTM sudah seharusnya mengembangkan dirinya menjadi perguruan tinggi berkelas Dunia."

Chairil memaparkan jumlah PTM berjumlah 152 buah, 41 buah diantaranya berbentuk Universitas, dan 15 PTM telah menyelenggarakan Program Magister. "Ini mungkin sudah melampaui mimpi para pengga-gasnya dahulu." selorohnya.
 

Saal ini, lanjutnya, di beberapa daerah ada trend baru, yaitu mergemya beberapa perguruan tinggi kecil berbentuk Akademi dan Sekolah Tinggi menjadi Universitas."Dulu ide merger ini ada kendala, ada Politeknik yang diusulkan menjadi salah satu Fakultas Universitas Muhammadiyah, mereka tidak mau. Karena sebuah perguruan tinggi Muhammadiyah itu tumbuh dari bawah. Alhamdulillah ada era baru, yaitu ada era Merger," katanya
 

Mantan Rektor Uhamka Prof Dr Qomari Anwar mengatakan karakter guru Muhammadiyah sangat diperlukan untuk mentransfer ilmunya kepada siswa. Pertama, harus memiliki pengetahuan keislaman yang luas dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari serta aktif. Kedua, meningkatkan kualitas keilmuan. Ketiga, zuhud dalam kehidupan, mengajar dan mendidik untuk mencari ridha Allah SWT. Keempat, bersih jasmani dan rohani. Kelima, pernaaf, penyabar, danjujur. Keenam, berlaku adil terhadap peserta didik dan smua stakeholders pendidikan. Ketujuh, mempunyai watak dan sifat robba-niyah yang tercermin dalam pola pikir, ucapan, dan tingkah laku.
 

Kedelapan, tegas bertindak, profesional, dan proporsional tanggap terhadap berbagai kondisi dan perubahan dunia yang dapat memengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola pikir peserta didik. Ke-10, menumbuhkan kesadaran diri sebagai dai. (dik)

 

Shared: