Malang—Universitas Muhammadiyah Malang melangsungkan Festival Budaya dan Pelepasan Pertukaran Mahassiwa Merdeka (PMM) 2 Inbound Modul Nusantara bertajuk “Merawat Kebhinekaan Abadi, Bersua Dalam Memori”, Sabtu (09/01/2022). Digelar di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang, acara dihadiri oleh jajaran Wakil Rektor I dan III, Kabiro Akademik, Kabiro Kemahasiswaan, Direktur Rusunawa, Kepala Pusdiklat, pengelola program, Dosen pengampu, LO kegiatan, dan 47 mahasiswa peserta PMM Modul Nusantara yang berasal 19 universitas dari luar Jawa.
Dalam program ini, dua dosen FKIP UMM dari Prodi PGSD didapuk menjadi pengampu yang memfasilitasi seluruh program. Dua dosen itu adalah Dyah Worowirasti Ekowati, M.Pd. dan Beti Istanti Suwandayani, S.Pd., M.Pd. Di bawah bimbingannya, pelaksanaan PMM 2 Modul Nusantara telah melampaui target yang diberikan Dikti dengan luaran tambahan berupa 21 HKI dan 4 buku ber-ISBN.
Ditemui di sela acara, Dyah mengatakan luaran ini merupakan representasi dari budaya kerja di UMM. “Kita di UMM selalu terbiasa dan dibiasakan bekerja melampaui standar. Jadi, meskipun sebetulnya luarannya hanya berupa laporan bulanan, kami berupaya mendorong mahasiswa untuk bekerja berbasis produk,” ungkap Dyah.
Capaian ini mendapat apresiasi dari Dikti. Menurut Lindawati Sumpena, perwakilan PMM Modul Nusantara Dikti untuk UMM, ini merupakan praktik bagaiman bekerja untuk keabadian lewat tulisan seperti yang dikatakan Pramodya Ananta Toer.
“Bahkan, saya dengar adik-adik juga menjadi content creator dengan 12 artikel publikasi media massa. Jadi, saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bapak/Ibu dosen Modul Nusantara yang sudah mengayomi dengan sepenuh hati, mendorong dan memfasilitasi adik-adik Modul Nusantara hingga bisa menghasilkan karya-karya positif untuk masyarakat,” ujar Lindawati Sumpena.
Tak hanya itu, kegiatan misi kemanusiaan di Desa Lebakharjo, Kabupaten Malang juga mendapatkan apresiasi dari PMM 2 pusat. Dikatakan Muhammad Hanif selaku Kepala Suku PMM 2 UMM, kegiatan PMM misi kemanusiaan UMM masih menjadi unggulan dan selalu ditampilkan dalam kegiatan Kampur Merdeka Fair yang digelar Dikti.
“Ini membuktikan bahwa mahasiswa PMM 2 Modul Nusantara telah mengemban Amanah dalam membawa nama baik UMM di tingkat nasional,” ungkap Hanif, sapaan akrabnya. mahasiswa Universitas Bosoa, Makasar, itu.
Selain pendampingan dosen yang luar biasa, masih menurut Hanif, fasilitas dan iklim belajar di UMM juga menjadi kunci keberhasilan mereka. Para mahasiswa PMM tidak hanya diberi fasilitas fisik seperti rusunawa, alat transportasi, fasilitas olahraga dan sebagainya, tetapi juga akses-akses akademik seperti perkuliahan di berbagai Prodi, keikutsertaan dalam seminar, PIMNAS, dan berbagai kegiatan akademik yang dihelat UMM.
“Terima kasih telah mengizinkan kami merasakan petualang pengetahuan dan memetik pengalaman berharga selama 6 bulan ini. Bagi kami, UMM bukan hanya rumah, tetapi labolatorium peradaban,” tutup mahasiswa Universitas Bosoa, Makasar ini dengan tegas.
Sementara itu, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan AIK, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. mengatakan, multikulturalisme yang menjadi target dari acara PMM 2 Modul Nusantara terlah tercapai. Bahkan, melampaui apa yang seharusnya terutama dalam hal pengalaman. Pasalnya, UMM bukan hanya miniatur Indonesia, tetapi juga miniatur dunia karena yang belajar di UMM bukan hanya dari seluruh Indonesia, tetapi dari berbagai belahan dunia. Dan, para mahasiswa internasional juga terlibat dalam kegiatan ini. Ia pun mengucapkan selamat jalan dan berpesan agar hal baik di UMM dapat diterapkan di daerah masing-masing.
“Semoga Selamat kembali ke kampung halaman. Selamat menerapkan benchmarking, hal-hal positif, yang didapatkan di UMM ini di daerah masing-masing. Utamanya, tentang kesatuan dan keberagaman, serta bagaimana kita berkontribusi nyata untuk masyarakat kita,” tandasnya.
Hal yang menarik dari perhelatan ini adalah seluruh peserta menggunakan pakaian adat dari daerah masing-masing sebagai representasi dari keberagaman nusantara. Acara juga dimeriahkan dengan tari-tarian tradisional, seperti Tari Saman dan Tari Tor-tor. Tak hanya itu, ada pula Talkshow dengan pemateri dua dosen FKIP yakni Prof. Dr. Yus Mochammad Cholili dan Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. Prof. Dalam talkshow itu, Prof. Yus menekankan pentingnya mahasiswa sebagai marketer atau reprsentatif dari daerah masing-masing, sementara Dr. Endang menekankan pentingnya pengembangan potensi diri dalam kerangka keberagaman untuk melahirkan Ki Hajar Dewantara-Ki Hajar Dewantara di masa depan. (*fid)