Malang – “Tiada hari tanpa prestasi; tiada prestasi yang tak dihargai” menjadi slogan yang terus digemakan di civitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang dan diinternalisasi dalam berbagai lini. Salah satunya dalam hal kelulusan mahasiswa. Dalam rangka mengapresiasi prestasi mahasiswa dan mengimplementasikan Program UMM Pasti, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM melalui Prodi-Prodi di bawah naungannya telah berinovasi dengan mengeluarkan Program Kelulusan Jalur Non Skripsi. Alhasil, dalam gelaran Yudisium Periode IV dan V Tahun 2023 yang digelar 8 Agustus lalu, puluhan mahasiswa lulus lewat jalur non skripsi. Salah satunya, Ino Prasetya.
Ino, sapaan akrabnya, adalah calon wisudawan dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia. Ia berhasil menuntaskan kuliahnya melalui jalur penulisan novel. Penulisan karya sastra khusunya novel memang bisa menjadi alternatif pengganti skripsi di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI). Bukan hanya penulisan karya sastra, di Prodi PBI FKIP UMM ada banyak jalur lain untuk mengganti menulis skripsi sebagai syarat lulus seperti penulisan jurnal yang terbit di jurnal terakreditasi SINTA, dan penulisan naskah drama yang dipentaskan dengan minimal penonton 50 orang.
Ditemui selepas prosesi Yudisium, Ino menjelaskan benang merah novel yang berjudul Ruang Yang Hilang itu. Katanya, novel itu menceritakan tentang dua remaja yang terlibat dalam kasus pembunuhan seorang putra penguasa. Mereka pun akhirnya mengalami perlakuan tidak adil dan harus menanggung masalah di luar batas kemampuan mereka.
Ditanya alasan memilih jalur ekuivalensi non kripsi penulisan novel, Ino menyampaikan ketertarikannya dalam sastra. “Saya tertarik mengambil jalur ekuivalensi skripsi dengan menulis novel karena saya merasa cocok dengan bakat dan minat saya yakni menulis karya sastra. Dengan kemampuan yang saya miliki terhadap bakat dan minat saya tersebut memudahkan saya dalam pengerjaan penulisan novel ini. Selain itu, saya dapat menghasilkan karya dan lebih senangnya bisa lulus tepat waktu,” terang Ino.
Meskipun begitu, mengaku menulis novel tak kalah sulit dengan menulis skripsi. Pasalnya, novel yang bisa dijadikan ekuivalensi harus memenuhi syarat dan layak secara kualitas. “Tetap ada proses yang panjang dan ketat,” pungkasnya.
Arif Setiawan, M.Pd., selaku Kaprodi PBI FKIP UMM mengaku senang karena program yang digagas sukses diimplementasikan. Ia pun menjelaskan komitmen dan harapannya ke depan. “Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia akan senantiasa terus berusaha dan berinovasi dalam membuat program guna memfasilitasi mahasiswa agar bisa berkembang sesuai bakat dan minatnya. Selain itu, program ekuivalensi skripsi juga menjawab kebutuhan mahasiswa dengan dunia kerja yang akan dihadapi setelah lulus kuliah. Harapanya program ekuivalensi skripsi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh mahasiswa agar tidak menjadikan skripsi sebagai alasan tidak lulus-lulus, karena sekarang sudah banyak alternatif lain untuk menggantikan menulis skripsi,” jelasnya. (*pbi/fd)