Seminar Nasional Pendidikan 2022 FKIP UMM, Guru Abad 21 Harus Inovatif dan Adaptif

Minggu, 15 Mei 2022 05:25 WIB   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

 

MALANGMemperingati hari Pendidikan Nasional, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) gelar Seminar Nasional Pendidikan 2022. Seminar yang mengusung tema “Tantangan Pendidikan Abad 21 dan Inovasi Pembelajaran Berorientasi Merdeka Belajar Guna Meningkatkan Kualitas Calon Pendidik dan Generasi Emas Indonesia 2045” dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui Chanel Youtube BEM FKIP UMM, Sabtu (14/05). Kegiatan ini diisi oleh dua pemateri yaitu Prof. Dr. H. Yus M. Cholily, M.Si. sebagai pemateri satu dan Dr. H. Endang Poerwanti, M.Pd. sebagai pemateri dua.

Seminar dibuka secara langsung oleh Wakil Dekan 3 FKIP UMM, Bayu Hendro Wicaksono, S.Pd., M.Ed., Ph.D. Dalam sambutannya, Bayu mengatakan bahwa sebagai pendidik dituntut untuk selalu adaptif terhadap perubahan zaman yang sangat cepat dan tidak menentu seperti sekarang ini. Pasalnya, saat ini bangsa kita berada pada era yang tidak menentu, masuk pada situasi yang serba kompleks, dan juga masuk pada kondisi perubahan yang selalu hadir. Di era sekarang ini, kita mengenal istilah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), yaitu kondisi yang mengacu pada lingkungan bisnis yang semakin bergejolak, kompleks, dan semakin tidak pasti.

“Oleh karena itu, inovasi, kreativitas, utamanya dalam dunia pendidikan abad 21 memang sangat-sangat diperlukan oleh para mahasiswa agar nanti bisa merespon dengan sigap, merespon dengan baik, perubahan-perubahan yang sedang terjadi, ” tegas Bayu.

Lebih lanjut, Prof. Yus juga menjelaskan tentang tantangan pendidikan abad 21. Profesor Prodi Pendidikan Matematika itu membuka materi dengan sebuah kutipan “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena dia hidup di zamannya bukan di zamanmu”. Implikasinya adalah, dalam menjalankan profesi sebagai pendidik, pemahaman tentang kebutuhan sesuai perubahan zaman sangatlah penting. Dalam konteks abad 21, mengutip pendapat Alvin Toffler dalam bukunya Future Shock, buta huruf pada abad 21 bukanlah mereka yang tidak dapat membaca dan menulis, tetapi yang tidak bisa “learn, unlearn, and relearn”.

“Jika apa yang telah kita pelajari di sini dan Anda bawa pulang seolah-olah ilmu yang paten, tidak mau meninggalkan ilmu pengetahuan itu, dan mempelajari pengetahuan baru, itulah orang-orang yang buta huruf yang akan tertinggal di abad 21 ini. Karena pada dasarnya imu pengetahuan itu berkembang dan belajar itu sepanjang hayat,tegas Prof Yus.

Tantangan yang akan dihadapi dunia Pendidikan di abad 21 ini memang kompleks. Oleh sebab itu, Prof. Yus menegaskan bahwa pendidik harus membekali diri dengan keterampilan mengajar berbasis Problem Based Learning atau Project Based Learning.

Endang Poerwanti, sebagi pemateri kedua, mengangkat topik “Inovasi Pembelajaran di Era Merdeka Belajar Era Society 5.0”. Dalam paparannya, Endang menjelaskan lebih dalam bahwa teknologi akan mendatangkan beribu-ribu kemudahan tanpa disadari manusia kehilangan kemampuan dan harkat kemanusiaannya. Teknologi ini juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam dunia Pendidikan, bahkan dihawatirkan dapat menggantikan profesi guru. Namun, menurut Endang, hal itu tidak akan terjadi.

“Mungkin teaching dan coaching bisa saja digantikan oleh teknologi, tapi ketika sudah touching, sentuhan-sentuhan emosional, menumbuhkan sifat-sifat humanistik, itu yang menjadi tantangan dan tanggung jawab kita bersama sebagai guru. Jadi peran guru selamanya tidak akan tergantikan. Jangan khawatir!,” tegas dosen senior Prodi PGSD UMM itu.

Selain itu, Endang juga menjelaskan bahwa era sekarang tantangan pendidikan semakin berat, kualitas dan kuantitas permasalahan juga semakin tinggi. “Kemudian juga tentang kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan kemampuan tentang humanity. Orang-orang yang humanis dimanapun akan bisa mengalahkan teknologi,” tutupnya. (*aff/fid)

Shared: