Targetkan Rekognisi Internasional, FKIP UMM Gelar Diskusi dengan Dubes RI untuk Kolombia

Kamis, 25 April 2024 20:26 WIB   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FKIP News—Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) laksanakan diskusi langkah strategis mencapai rekognisi Internasionalisasi dengan Duta Besar Indonesia untuk Kolombia, Dr. H.C. Drs. Priyo Iswanto. Diskusi ini dilakukan di Ruang Sidang FKIP, pada Selasa (23/04/2024).

Recognisi internasional merupakan bagian dari milestone FKIP UMM. Dekan FKIP UMM, Prof. Dr. Trisakti Handayani, MM mengatakan, meski telah memiliki berbagai kerja sama luar negeri dan menjalankan berbagai kegiatan FKIP UMM tetap memmiliki komitmen yang tinggi untuk mendorong Prodi-prodi di lingkungan FKIP tetap harus terus bergerak maju. “Kita masih harus terus berusaha keras meningkatkan kerja sama internasional dalam rangka mencapai recognisi internasional ini,” katanya.

Senada dengan itu, Dr. H.C. Drs. Priyo Iswanto dalam paparan diskusi menjelaskan, UMM punya potensi yang sangat besar. Beberapa di antaranya adalah berbagai capaian UMM seperti 25 leading universities in Indonesia,  ranks 4th (private) Webometrics, ranked 6th best private university in ASEAN, ranked 1st best Islamic University in the world by Unirank 2021, serta Program Center of Excellence (CoE) UMM. “UMM juga merupakan satu-saatunya kampus yang memiliki jaringan bisnis terluas. Ini diapresiasi direktur Bank Asia,” katanya.

Lebih lanjut, Pak Priyo, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa ada berbagai program kerja sama, baik inbound maupun outbound yang bisa dijalankan. Misalnya, professor mobility, student mobility, joint classes-credit trabsfer, riset dan publikasi bersaama, partisipasi pada konferensi internasional, dan hosting/co-hosting conference, workshop, atau kegiatan internasional lainnya.

Untuk merealisasikan hal itu, FKIP UMM perlu membuat pemetaan dari wadah kerjasama yang ada. Secara internal di UMM, sudah ada lebih dari 600 kerjasama antaruniversitas, 239 kerjasama dengan DUDI, dan 182 kerjasama dengan instansi lain. Selain itu, ada pula asosiasi seperti Association of Southeast Asian Institutions of Higher Learning (ASAIHL) yang menaungi 242 universitas dari 25 negara, Association of Universities in Asia and the Pasific (AUAP) yang menaungi 177 universitas dari 30 negara, dan Eurasian Universities Union (EURAS) yanag menaungi 137 universitas dari 47 negara. “FKIP dan Prodi dapat membuat pemetaan universitas dan negara yang memungkinkan untuk dilakaukan kerjasama, serta bentuk akativitas dalam kerja sama itu. Selanjutnya, kami nanti akan berusaha menjembatani untuk terbukanya pintu kerja sama tersebut,” tegasnya.

Meski potensi dan peluang kerja sama itu tinggi, dalam hemat Priyo, ada berbagai tantangan yang dihadapi. Seperti, rendahnya partisipasi pada aktivitas kerjasama internasional dan minimnya kelas internasional. Di sisi lain, dari aspek SDM, terlihat bahwa sebagian besar dosen yang belum memiliki penguasaan bahasa asing berdampak pada rasa kurang percaya diri ketika dihadapkan dengan kegiatan internasional yang menuntut untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Priyo pun memberikan saran. “Saya pikir tantangan itu bisa diatasi. Syaratnya, kita harus proaktif, responsif dan melaksanakan hal-hal di luar kebiasaan,” katanya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Para Kaprodi dan Kepala labolatorium Microteaching diberi kesempatan untuk melaporkan update kerja saama internasional, sekaligus menyampaikan ide kolaborasi internasional yang akan dijalankan. Demikian halnya, para doktor baru FKIP UMM menyumbangkan ide-ide baru terkait upaya rekognisi internasional ini.

Sebagai tindak lanjut, Prodi akan menyusun rancangan perluasan Kerjasama internasional yang akan dijalankan. Termasuk strategi implementasinya. (*fd)

Shared: