foto : humas fkip |
Malang—Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang lagi-lagi menggelar Webinar, Senin (15/06/20). Berbeda dengan webinar-webinar sebelumnya yang mengangkat tema pembelajaran daring, Webinar kali ini mengangkat tema “Pendidikan Kota Batu dan Kabupaten Malang Menghadapi New dan Next Normal”. Sejalan dengan tema tersebut, hadir sebagai pemateri Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu Dr. Eny Rachyuningsih, M.Si., Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Malang Dra. Puji Hariwati, M.Pd., dan pengamat sekaligus pemerhati pendidikan Prof. Syamsul Arifin, M.Si.
Acara ini dibuka dengan pengantar Dekan FKIP UMM, Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes. Dalam kesempatan itu, Poncojari Wahyono menekankan bahwa pelaksanaan pendidikan dengan scenario yang moderat melalui blended learning adalah yang paling tepat di antara scenario optimis yang dilaksanakan bulan Juli 2020 dan scenario pesimis yang dilaksanakan bulan Januari 2021. Pasalnya, pengembangan sikap dan karakter hanya dapat dilakukan secara optimal melalui tatap muka antara pengajar dan siswa.
“Sentuhan-sentuhan untuk menjadi orang yang terdidik hanya akan terjadi ketika ada pertemuan tatap muka. Nah, ini masih kita cari momen-momen atau sela-sela di antara daring ini bagaimana bisa melaksanakan itu. Jika sistem ini bisa ditemukan, maka akan sangat bagus. Dan saya yakin Kota Batu maupun Kabupaten Malang sangat mungkin untuk menemukan itu,” ujar dekan FKIP yang juga menjabat sebagai anggota BSNP.
Senada dengan itu, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si menekankan bahwa pembelajaran di rumah adalah langkah darurat dan temporarif mengingat sekolah di rumah dapat memunculkan disrupsi psikologis bagi anak, lemah dalam hal pengembangan karakter anak, dan tidak menjamin terjadinya peningkatan keterampilan peserta didik. Anak perlu bertatap muka dengan guru dan teman sebayanya. Oleh sebab itu, Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang ini mengajukan konsep pembalajaran berbasis komunitas.
“Seharusnya tidak semua murid dirumahkan. Kita bisa menyelenggarakan pembelajaran berbasis komunitas. Caranya kita mengklasterisasi siswa berdasarkan wilayahnya dan di tempat itulah pembelajaran bisa dilaksanakan. Saya kira itu sangat dimungkinkan untuk SD. Jika itu bisa diterapkan, justru akan menjadi pemandangan yang luar biasa karena kita akan melihat pembelajaran di mana-mana seperti di musala, di pos ronda, itu asyik menurut saya,” papar Prof. Syamsul Arifin.
Pembicara selanjutnya, Dra. Puji Hariwati, M.Pd., memberikan dasar teoretis new normal. Menurut Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Malang ini, di masa pandemik ini terdapat tiga persoalan yakni vuca (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity), zero trust society, dan digital society. Untuk menghadapi tiga masalah tersebut, mengutip pendapat Klaus Schwab, diperlukan tiga kecakapan yakni kecakapan logika, kecakapan memahami system, dan kecekapan menyesaikan masalah kompleks melalui pendekatan pentaholix yang melibatkan berbagai pihak.
“Pendekatan yang bisa digunakan untuk menghadapi masalah-masalah tersebut adalah pendekatan pentaholik antara pemerintah, masyarakat, akademisi, pengusaha, dan media. Termasuk webinar ini adalah bentuk penerapan dari pendekatan pentaholik,” ungkapnya kepada para peserta yang tergabung via Zoom dan live streaming yotube FKIP UMM OFFICIAL itu.
Di Kabupaten Malang sendiri, persiapan new normal dilakukan dengan menerbitkan Peraturan Bupati Malang Nomor 20 tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru Pada Kondisi Pandemi Corona Virus Desease 2019. Berbagai persiapan menuju new normal telah dilakukan. Khusus dalam bidang pendidikan, persiapan dilakukan dengan mengedepankan keselamatan guru, siswa, dan lingkungan sekitar sekolah serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
“Kita tentu mengedepankan keselamatan karena virus ini sangat berbahaya. Kita juga harus terus menyimak instruksi, dan terus berkoordinasi tindakan-tindakan apa yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Kita akan terus berpikir keras untuk hal ini. Pada tanggal 13 Juli mestinya adalah hari pertama masuk sekolah dan seperti apa pelaksanaannya apakah akan daring atau tatap muka masih akan kita pikirkan bersama,” tutup Puji.
Memperkuat apa yang disampaikan Dra. Puji Hariwati, Dr. Eny Rachyuningsih, M.Si menyatakan, pemberlakukan new normal di Kota Batu masih menunggu keputusan. Namun, secara regulasi Kota Batu sudah siap. Ada dua regulasi dalam menghadapi new normal di Kota Batu. Yang pertama adalah Peraturan Wali Kota Batu Nomor 56 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendahlian Corona Virus Disease 2019 dalam Status Darurat ke Pemulihan. Yang kedua adalah Keputusan Wali Kota Batu Terkait Tahapan Fase Transisi Darurat ke Pemulihan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19. Kedua peraturan tersebut akan diterjemahkan ke dalam peraturan Kepala Dinas Pendidikan mengingat peraturan tersebut masih bersifat general sementara ada berbagai tantangan dalam penerapan new normal di bidang pendidikan seperti virus covid-19 ternyata juga menyerang anak-anak, bagaimana mekanisme protocol kesehatannya, bagaimana protocol pendidikannya, bagaimana media sosialisasinya, biayanya bersumber dari mana, jumlah anak yang masuk dan berapa durasinya, dan sebagainya.
“Peraturan itu harus diterjemahkan ke dalam peraturan atau keputusan kepala Dinas Pendidikan sehingga bisa dipastikan semua warga sekolah sudah siap apabila akan diberlakukan new normal. Namun, jika tentang new normal, saya yakin kita semua sepakat, bahwa itu bukan menjadi kewenangan Dinas Pendidikan. Intinya, secara regulasi, Kota Batu sudah siap untuk memasuki new normal. Hanya tentang waktu kita menunggu pihak-pihak yang berwenang,” tegas Dr. Eny Rachyuningsih, M.Si.
Kegiatan webinar ini mendapatkan apresiasi dari peserta maupun pemateri. Pasalnya, melalui webinar ini, masyarakat, terutama para peserta yang merupakan aktor-aktor pendidikan dapat memahami secara utuh bagaimana kesiapan beserta upaya yang dilakukan oleh kedua wilayah tersebut dalam menghadapi new normal. (*/fid)