Webinar Literasi COVID-19 UMM Diapresiasi Para Akademisi

Senin, 11 Mei 2020 10:21 WIB   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Literasi COVID-19 merupakan salah satu topik yang harus dikampanyekan kepada masyarakat. Bagaimanapun, masyarakatlah yang merupakan garda terdepan sebenarnya dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini. Tinggi dan rendahnya literasi masyarakat akan berpengaruh terhadap upaya Indonesia memerangi pandemi ini.

Berangkat dari keasadaran dan tuntutan itulah maka tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang bersama dengan Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia mengadakan seminar hasil penelitian online berskala nasional (webinar) bertema “Literasi Covid-19: Bagaimana Mahasiswa, Guru, dan Masyarakat Kita?” Acara dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Mei 2020 selama tiga jam, menggunakan platform Zoom meeting dan YouTube streaming.

Menurut Ketua Prodi Pendididikan Biologi UMM, Dr. Iin Hindun, M.Kes., ada empat tema penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti, yaitu terkait dengan literasi COVID-19 pada mahasiswa, dampak e-learning di masa pandemi terhadap kognisi kerja dan kesadaran metakognitif guru, fake news/hoax tentang COVID-19 di masyarakat dan implikasinya dalam pembelajaran, serta persepsi dan pola pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru dan dosen.

“Hari ini kami fokus menyeminarkan tiga hasil penelitian yang datanya telah selesai dianalisis dan ada tiga luaran berupa artikel yang sudah kami submit ke jurnal internasional terindeks SCOPUS. Bahkan, ada satu artikel yang dalam waktu singkat sudah diterima untuk dipublikasi di jurnal bereputasi tersebut”, ujar doktor yang menekuni penelitian literasi sains, metakognisi, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi itu.

Sementara itu, dalam pemaparan yang disampaikan secara bergiliran oleh para peneliti terungkap bahwa literasi mahasiswa tentang COVID-19 cenderung beragam, bahkan pada poin tertentu cenderung mengkhawatirkan.

“Repotnya, mahasiswa itu kan contoh bagi masyarakat. Agen penggerak dan pencerah. Ketika mahasiswa yang katanya generasi terpelajar saja memiliki literasi yang rendah, lalu bagaimana masyarakat umum dan awam? Ini pekerjaan yang berat bagi perguruan tinggi. Sebenarnya, ini bisa diatasi dengan banyak membaca, akan tetapi masalahnya adalah menurut data mahasiswa cenderung lebih suka mencari informasi di media sosial yang kebenarannya sangat diragukan”, tegas Ahmad Fauzi, M.Pd, salah satu tim peneliti dalam paparannya.

Senada dengan itu, Dr. Atok Miftachul Hudha, M.Pd., dalam paparannya juga menyampaikan bahwa ada begitu banyak informasi salah yang beredar di media sosial saat ini. Informasi itu dengan mudah tersebar di WhatsApp, Instagram, Twitter, dan Facebook.

“Kami menemukan, minimal ada 41 informasi yang berbahaya untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kita menyebutnya beragam, fake news, misleading information, hoax, dan pseudo-science. Yang kita takutlan adalah masyarakat mempercayai informasi-informasi itu dan tertanam kuat di pikiran mereka. Kita melihat ada banyak kejadian-kejadian aneh dan mengenaskan tentang bagaimana masyarakat merespon COVID-19. Kita takut, apa yang diramalkan oleh beberapa pakar dunia itu menjadi kenyataan, bahwa bisa jadi korban karena fake news hampir sama besarnya dengan korban COVID-19 itu sendiri’, ujar dosen senior yang juga Editor in Chief JPBI itu menekankan.

 

Webinar ini banyak mendapat apresiasi dari peserta yang jumlahnya sekitar 400 orang tersebut. Para akademisi tersebut berasal dari unsur dosen, mahasiswa, dan guru dari hampir seluruh Indonesia, dari Papua hingga Sumatera. Hampir semua peserta meminta copy bahan paparan, instrumen, dan artikel yang dibuat tim peneliti. Adapula yang meminta untuk didampingi analisis dan menulis artikel.

Profesor Dr Yustina, M.Si, salah satu peserta dari Universitas Riau menyampaikan rasa senangnya dan apresiasi yang luar biasa terhadap acara ini terlebih dengan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan. Ia bahkan mengatakan telah banyak belajar dan mengambil inspirasi dari para peneliti, tips dan trik, serta tema-tema penelitian tersebut.

“Hebatnya, para peneliti ini kan sebagian besar dosen-dosen muda UMM. Saya sangat salut, di tengah kondisi seperti ini mereka mampu menghasilkan penelitian menarik, publikasi, dan juga berbagi ilmu serta informasi lengkap kepada khalayak. Saya bahkan meminta kalau bisa nanti saya dimasukkan menjadi anggota penelitian. Kita penelitian dan publikasi bersama, Saya semangat sekali, dan berterima kasih”, tutur Profesor bidang pendidikan biologi dan lingkungan tersebut bersemangat.

Shared: