Malang-Era disrupsi yang berdampak pada kompleksnya tuntutan dunia kerja serta meningkatnya angka lulusan membuat para lulusan perguruan tinggi mau tidak mau harus memiliki keterampilan tambahan agar siap bersaing di dunia global. Karena itu, menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat dan menentukan tujuan hidup menjadi kunci dalam menjalani kehidupan pasca kuliah. Hal itulah yang disampaikan Fadhlan Muchlas Abrori, alumni FKIP UMM, di depan 175 peserta Yudisium Periode I Tahun 2023 kemarin, Selasa (14/02/2023). Digelar di Hall Rayz Hotel UMM, acara yang diikuti oleh 37 lulusan Prodi Pendidikan Matematika, 31 lulusan Prodi Pendidikan Biologi, 19 lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, 5 lulusan Prodi PPKn, 40 lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, dan 43 lulusan Prodi PGSD ini berjalan lancar dan khidmad. Tema yang diangkat pun sangat menarik, yakni “Sarjana Mandiri yang Siap Beradaptasi dan Berkolaborasi di Masyarakat Global”
Lebih lanjut, alumni Pendidikan Biologi yang saat ini menjadi pengajar di Universitas Borneo Tarakan ini mengatakan, self-awareness merupakan kunci awal dari keberhasilan. Dengan mengenali kelebihan dan kekurangan diri, kita bisa menentukan keterampilan apa yang perlu diasah dan keterampilan baru apa yang bisa dieksplorasi. Hal ini akan semakin mudah apabila sebelumnya juga telah menentukan dan menulis tujuan hidup yang ingin dicapai. “Networking juga sangat penting. Masuk dalam komunitas yang berkaitan dengan hobi dan akademik atau pekerjaan. Untuk saya, salah satu cara untuk memperluas jejaring juga dengan menempuh studi di luar negeri, di Johannes Kepler University Linz Austria,” ungkap alumni asal Sumenep itu.
Menutup orasinya, Fadhlan berpesan agar para alumni FKIP memilih untuk menjalani hidup yang penuh dinamika agar bisa menjadi orang yang lebih bermanfaat dan memiliki kehidupan yang lebih berwarna. “Kelulusan itu adalah gerbang menuju kerasnya “dunia”, anda punya pilihan hidup biasa saja, atau hidup penuh dinamika. Namun perlu diingat, hidup penuh dinamika lebih menyenangkan dibandingkan hanya berdiam diri menunggu kematian,” pungkasnya.
Selanjutnya, dalam pembukaan pidato pembukaan Dekan FKIP UMM, Dr. Trisakti Handayani, MM., menegaskan bahwa nilai-nilai kehidupan yang disampaikan Fadlan menjadi kunci dalam menghadapi kehidupan abad 21. Namun, betapa besarnya tantangan itu, ia yakin alumni FKIP UMM siap menakhlukkannya. “Mahasiswa yang hari ini diyudisium adalah generasi terbaik yang dipersiapkan oleh FKIP UMM untuk menjawab tantangan zaman, memasuki kehidupan global, kehidupan tanpa skat, kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dengan penuh optimis dan percaya diri. FKIP UMM telah membekali kalian dengan seperangkat pengetahuan dan kemampuan baik hardskill maupun softskill. Kami yakin dan sepenuhnya percaya, dengan dua kemampuan ini InsyaAllah kalian dapat menaklukkan kehidupan memasuki Indonesia Emas Tahun 2045,” tegasnya.
Trisakti pun memotivasi para lulusan untuk terus berdarma dalam dunia Pendidikan dengan terus meningkatkan kapabilitas diri. Salah satunya melalui keikutsertaan dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG). Pasalnya, saat ini guru hanya akan diakui sebagai guru professional apabila telah mengantongi sertifikat pendidik yang di[eroleh pasca lulus PPG. Di samping itu, pemerintah juga telah menyediakan beasiswa PPG Prajabatan bagi para fresh graduate atau lulusan S1 dengan kuota per tahun sebanyak 40.000. Kesempatan ini tentu sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Yudisium kali ini juga mengukuhkan Iftikhar Mumtaz Husnan dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris sebagai lulusan terbaik dengan IPK 3,98. Mewakili para lulusan, mahasiswa berbagai pengalaman internasional seperti student and cultural exchange di Politeknik Singapura (2022) dan International Credit Transfer program for Asia University, Taiwan ini mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika FKIP UMM yang senantiasa memotivasi, membimbing, dan memfasilitasi perjalanan studinya yang tidak mudah karena adanya pandemic Covid-19. Ia mengaku bangga menjadi lulusan FKIP UMM dan berkomitmen untuk terus berkontribusi dan berprestasi.
“Kita semua memiliki orientasi yang sama yaitu sukses, membahagiakan orangtua, dan berkontribusi untuk bangsa. Meskipun masing-masing dari kita punya jalan hidup yang berbeda, tetapi visi kita tetap harus berjalan. Hari ini bukan momen yang terakhir. Akan tetapi, akan selalu menjadi pembelajaran untuk hidup kita semua di masa mendatang,” terangnya. (*/fid)