FKIP News—Sejak dirilis pada 30 November 2022, Chat.GPT menjadi salah satu aplikasi paling digemari, baik di dunia akademik maupun nonakademik. Pasalnya, aplikasi Artificial Intelligence (AI) ini dapat menghasilkan tulisan sesuai dengan entri yang diberikan pengguna, bahkan memberikan informasi kepada pengguna dengan bahasa yang sangat natural seperti sedang berkomunikasi dengan seseorang. Lalu, muncul pertanyaan dan sekaligus kekhawatiran, apakah tulisan yang dihasilkan ChatGPT dan manusia tidak dapat dibedakan, bahkan kualitas tulisan yang dihasilkan ChatGPT lebih baik daripada yang dihasilkan manusia.
Menanggapi isu ini, dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Adityo, M.A. mengatakan meski kualitas tulisan ChatGPT dapat menyamai kualitas tulisan manusia, tetap terdapat perbedaan pada aspek tertentu. Persamaan tulisan yang dihasilkan ChatGPT dan manusia terletak pada kejarangan dan keragaman leksikal. Kejarangan leksikal, yang menunjukkan penggunaan kata-kata yang tidak umum dipakai, sering kali dikaitkan dengan kefasihan manusia. Namun, ChatGPT menunjukkan keterampilan yang sama dalam menggunakan kosakata langka ke dalam teks yang dihasilkan. “Demikian juga, baik tulisan ChatGPT maupun tulisan manusia menunjukkan keragaman leksikal. Artinya kosakatanya luas dan distribusinya beragam,” ungkapnya.
Di sisi lain, baik ChatGPT maupun manusia memiliki perbedaan kualitas dan kualifikasi dalam menghasilkan tulisan. Tulisan manusia kaya dengan nuansa budaya dan pengalaman pribadi. “Selain itu, tulisan manusia memiliki kejelasan kontekstual, termasuk menggunakan humor dan empati. Tulisan manusia juga sarat akan nuansa budaya, emosi, dan sentuhan personal yang tidak bisa dicapai oleh ChatGPT,” tambahnya.
Sebaliknya, tulisan yang dihasilkana ChatGPT memiliki kelangkaan kosakata yang jauh lebih tinggi ketika dibandingkan dengan tulisan manusia. Hal ini dikarenakan ChatGPT dibekali kemampuan untuk memanfaatkan dataset yang luas dan algoritma yang rumit. “Secara kuantitatif, ChatGPT punya lexical rarity lebih tinggi dan konten yang lebih mendalam karena mereka punya database superbesar di internet, sedangkan manusia hanya punya perbendaharaan kata dan informasi sebesar otak dan wawasan mereka saja. Dalam aspek ini, bisa dikatakan ChatGPT lebih unggul daripada manusia,” tambahnya.
Di akhir, Adit menegaskan bahwa pada dasarnya kualitas tulisan AI atau manusia sangat bergantung pada kemampuan memenuhi tujuan tulisan dan keragaman pembaca. “ChatGPT unggul dalam tugas-tugas yang menuntut efisiensi, pembuatan konten yang cepat, dan integrasi informasi faktual yang luas. Sebaliknya, manusia dengan kecerdasan emosional dan kedalaman budaya, unggul dalam ranah literatur, narasi, dan konten yang membutuhkan sentuhan personal,” tutupnya. (*fd)