Kecintaan terhadap Indonesia membutuhkan aksi nyata, bukan sekadar argumentasi dari satu diskursus ke diskursus yang lain. Itulah yang menjadi prinsip Zulyamin Kimo, alumni Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM hingga akhirnya dia menjelajahi Indonesia untuk menjadi pejuang literasi.
"Bangsa ini membutuhkan pejuang-Pejuang Literasi yang tangguh, terlebih daerah-daerah Indonesia Timur. Anak-anak muda, freshgradute, dan para sarjana harus berkontribusi untuk mencerahkan masyarakat. Bangsa ini membutuhkan kita untuk menyukseskan gerakan literasi hingga ke semua penjuru negeri", pungkas pemuda yang mengaku terinspirasi dari Mars Muhammadiyah "Sang Surya" ini.
Zulyamin Kimo, lahir di Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Setelah lulus dari Pendidikan Biologi pada Februari 2017, sebulan setelahnya, ia lolos seleksi nasional beasiswa Teaching Clinic yang diadakan oleh Global English. Lalu, pada awal tahun 2018 setelah melewati berbagai rangkaian seleksi dan bersaing dengan 6.500 pendaftar lainnya, ia dinyatalan lolos menjadi bagian dari program Indonesia Mengajar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Dalam penuturannya, ia mendapat banyak sekali pengalaman dari program ini.
"Saya ditugaskan sebagai Guru SD di SDN Baru dan Fasilitator Pendidikan di pedalaman Kalimantan selama setahun. Masyarakat di daerah penugasan saya adalah mayoritas berasal dari suku Banjar yang hidup di bantaran sungai Nagara. Hal menarik selama penugasan adalah belajar bahasa daerah. Di tempat penugasan saya, hampir seluruh masyarakat menggunakan bahasa Banjar baik untuk komunikasi, belajar mengajar di sekolah. Mau tidak mau, saya harus bisa beradaptasi. Dalam waktu kurang lebih 3 bulan, saya sudah bisa belajar bahasa daerah. Walau belum terlalu fasih. Ini cukup membantu untuk proses belajar mengajar di dalam kelas. Tinggal di desa yang kaya akan potensi alamnya, sangat memungkinkan untuk belajar dari alam. Tidak jarang, siswa-siswa saya selalu membawa mereka keluar kelas (Outdoor learning), salah satu metode yang saya dapatkan saat menempuh kuliah di Pendidikan Biologi FKIP UMM di semester 4. Apalagi saat ini pembelajaran tematik, sangat bisa diterapkan. Selain itu, ketika menjadi fasilitator dalam kegiatan-kegiatan pelatihan guru-guru di tingkat kecamatan bahkan kabupaten, dan kegiatan kerelawanan di sekolah-sekolah SD, seringnya juga menggunakan berbagai media belajar dan metode pembelajaran kreatif. Tentu ini tidak terlepas dari pengalaman selama kuliah dulu", terang mantan Asisten Laboratorium Biologi UMM tersebut.
Bulan Juli 2019 hingga saat ini, Zulyamin Kimo bekerja sebagai Fasilitator atau Project Coordinator di Taman Bacaan Pelangi (TBP), sebuah yayasan Pendidikan/literasi yang telah berdiri sejak 2009, yang fokus pada peningkatan minat baca anak-anak di wilayah Indonesia Timur. Hingga saat ini, Yayasan Taman Bacaan Pelangi telah bekerjasama dengan 131 Sekolah Mitra yang tersebar di 18 Pulau di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papuan Barat.
"Sebagai Fasilitator atau Project Coordinator, saya bertugas untuk mengelola pelatihan guru-guru dalam kegiatan literasi melalui pengelolan perpustakaan sekolah, pendampingan pembelajaran kontekstual di daerah Indonesia Timur, dan pendampingan pelatihan kegiatan membaca bersama komunitas-komunitas Taman Baca Masyarakat di daerah TBP, serta melakukan dukungan dan evaluasi (Support Monitoring) untuk sekolah-sekolah yang telah selesai program. Dalam setahun ini, saya telah berkesempatan belajar bersama Guru-guru dan juga masyarakat di Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Alor, Pulau Timor, Pulau Banda", imbuhnya.
Ditanya tentang tipping point aktivitas keliterasiannya, ia dengan bangga menjelaskan kontribusi almamater. Baginya, memilih Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM ialah tonggak kebulatan tekadnya mengabdikan diri untuk negeri.
"Berkuliah di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM adalah sejarah hidup yang sangat luar biasa bagi saya. Pilihan yang benar-benar tepat, sehingga mewarnai pola pikir, semangat, dan perjuangan saya hingga hari ini. Pada saat Yudisium FKIP-UMM, saya mendapatkan penghargaan Mahasiswa Berprestasi dibidang kepemudaan dan kepemimpinan (Non IPK). Ini luar biasa menurut saya. Saya bertekad untuk terus mewujudkan dan mengabdikan diri untuk masyarakat", ujar pria kelahiran 1 Maret 1995 ini. (*/fid)