Komitmen Kembangkan Ilmu Pengetahuan, FKIP UMM Kukuhkan Tiga Guru Besar Baru

Jum'at, 22 Desember 2023 13:52 WIB   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Malang—Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menambah tiga guru besar baru dan gelar acar pengukuhan, Rabu (20/12/2023). Ketiga guru besar tersebut adalah Prof. Dr. Ainur Rofieq, M.Kes. pada Bidang Ilmu Pendidikan Biologi dan Kesehatan, Prof. Dr. Yuni Pantiwati, MM., M.Pd pada Bidang Ilmu Pendidikan Biologi, dan Prof. Dr. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si. pada Bidang Ilmu Biologi. Bertambahnya guru besar ini tidak hanya akan memperkuat SDM di FKIP UMM, tetapi juga sekaligus memperluas hasanah keilmuan dan kontribusi FKIP UMM dalam bidang pendidikan.

Dekan FKIP UMM Dr Trisakti Handayani MM mengatakan, penambahan gubes menjadi suatu kebanggaan bagi FKIP. Di sisi lain, ini akan menambah kekuatan bagi Prodi, terutama terkait dengan bidang keilmuan. Dia berharap dengan keilmuan para profesor tersebut menjadi berkah bagi UMM. “Kami berharap mereka nanti semakin berkiprah atau berperan aktif di luar UMM. Sebab citra dari Pendidikan Biologi, FKIP dan UMM bisa semakin baik dan berdiri tegak,” katanya.

Rektor UMM memberi Sambutan

 

Sejalan dengan itu, mengawali sambutan, mengutip pertuah Sekretaris BPH UMM, Drs. Wakidi, Rektor UMM mengatakan bahwa guru besar bukanlah properti pribadi namun untuk nama besar, marwah, dan image Universitas Muhammadiyah Malang. Oleh sebab itu, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. berpesan agar para guru besar menjadi pribadi yang otentik dan menjadikan predikat guru besar sebagai medium untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan. “Selamat kepada ketiga guru besar. Semoga predikat guru besar yang diperoleh selain menjaga humility juga harus terus-menerus mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mahasiswa, UMM, dan Masyarakat. InsyaAllah ini akan meningkatkan kebermanfaatan untuk kita semua,” kata Syamsul.

 

Prof. Dr. Ainur Rofieq, M.Kes: Hidup Berbahagia Bersama Debu

Prof Dr Ainur Rofieq MKes mengkaji hidup berbahagia bersama debu, yakni strategi pengelolaan debu rumah berkelanjutan menuju pencapaian tujuan SDGs. Ia sudah menekuni tema debu sejak 1989 dan menemukan berbagai hal menarik. Menurutnya, pengelolaan debu rumah dan tungau debu penting untuk mencapai berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

“Debu memiliki potensi alergi yang tinggi dan menyebabkan sensitisasi. Padahal, untuk mencapai SDGs membutuhkan lingkungan yang sehat, dan mengendalikan faktor lingkungan seperti debu dan alergen sangat penting untuk memastikan kualitas hidup yang lebih baik,” katanya.

Menurutnya, perlu adanya pengembangan praktik pembersihan spesifik konteks untuk mengurangi dampak paparan patogen dan resistensi antimikroba. Menciptakan lingkungan yang bersih dengan desain bangunan berkelanjutan dapat membantu mengurangi beban penyakit. Integrasi keberlanjutan ke dalam pengelolaan debu rumah sejalan dengan tujuan SDG untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan yang baik (tujuan 3), kota dan masyarakat yang berkelanjutan (tujuan 11), dan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (Tujuan 12).

Prof. Dr. Yuni Pantiwati: Asesmen Autentik Dan Literasi Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Dalam Pendidikan Biologi Dan IPA

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Dr Yuni Pantiwati, MM., M.Pd. membahas asesmen autentik dan literasi sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam pendidikan biologi dan IPA. Menurutnya, dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan penilaian yang tepat mampu memperbaiki kualitas pembelajaran. Dalam konteks pendidikan biologi atau IPA, penilaian autentik dirancang untuk membantu peserta didik belajar bagaimana belajar.

Sedangkan bagi pendidik, asesmen autentik membantu untuk melakukan penilailan secara holistik meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian autentik merupakan penilaian yang berhubungan dengan desain penilaian dengan konteks dunia nyata. Peserta didik didorong untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis, terlibat dalam proses eksplorasi, mempertimbangkan dan menyikapi suatu permasalahan secara kritis, serta memecahkan  masalah secara realistis.

“Prinsip asesmen ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaraan yang menuntut peserta didik tidak sekadar memahai pengetahuan, tetapi juga diharapkan dapat memecahkan masalah kehidupan sepertinya hal tujuan pendidikan biologi dan IPA,” pungkasnya. (*)

Prof. Dr. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si: Menggalang Kebersamaan Masyarakat untuk Konservasi DAS Berkelanjutan

Adapula Abdulkadir yang meneliti terkait kebersamaan masyarakat untuk konservasi daerah aliran sungai (DAS) berkelanjutan. Ia mengatakan, DAS menjadi ekosistem terbuka dengan pasokan energi yang berkesinambungan. Segala sesuatu yang terjadi pada ekosistem hulu akan berpengaruh pada ekosistem di hilir.

Ia menjelaskan, pemahaman masyarakat pada sub sistem di DAS seperti pemahaman terhadap capung, vegetasi riparian, dan makroinvertebrata sungai dapat membangkitkan motivasi, niat, dan rasa memiliki di kalangan anggota masyarakat. Apabila masyarakat DAS mamahaminya dengan baik, pada akhirnya mereka bersama-sama menjaga menjaga lingkungan tersebut demi kelangsungan hidup,” katanya.

Penelitiannya membuktikan, partisipasi masyarakat akan tumbuh dengan baik jika mereka mengetahui gejala alam dan respons organisme. Pada konteks SDGs, partisipasi masyarakat (SDG 17) pada konservasi DAS mencerminkan integrasi dan interdependensi pada semua sektor pelestarian alam dan Pembangunan. Kontribusi yang telah dibangun akan berpengaruh pada lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Serta sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Ali Imran (3:104). (*)

Shared: